Cinta Kota Karawang

" Buatlah kota Karawang senyaman mungkin sehingga akan terasa nyaman baik untuk kita maupun untuk generasi - generasi penerus bangsa kita kelak "

Senin, 14 Januari 2013

CURUG BANDUNG - LOJI KARAWANG

Curug Bandung - Loji Karawang
Merupakan salah satu rangkaian curug yang ada di Kab. Karawang selain Curug Cigeuntis dan curug - curug lainnya. Ketinggian curug ini relatif tidak tinggi hanya sekitar 25 m akan tetapi di bawah curug ini masih terdapat curug - curug lain nya yaitu Curug Cipeuteuy. Tempat ini ramai dikunjungi pada saat hari - hari libur dan kerap juga dijadikan tempat kemping oleh para pecinta alam sekitar maupun dari luar Karawang karena tempat yang strategis untuk mendirikan tenda dan sumber air yang dekat dengan lokasi pendirian tenda serta suasana yang nyaman dan aman. Biaya masuk juga lebih murah dari pada masuk curug Cigentis. Curug Bandung berada di Desa Mekarbuana Kecamatan Tegalwaru Kabuaten Karawang dan berada di Selatan pusat kota Karawang. Panorama alam yang membuat curug ini tidak kalah saing dengan curug - curug lain yang ada di karawang dan juga jarak pendakian nya yang tidak terlalu jauh dari parkiran motor terakhir.

Kamis, 22 Juli 2010

GUNUNG SANGGABUANA


Di belakang saya adalah suasana Gunung Sanggabuana pada pagi hari ketika kami Kemping di sana. Gunung Sanggabuana adalah gunung yang berada di Kabupaten Karawang tepatnya di Desa Mekar Buana Kecamatan Pangkalan. Tentunya orang Karawang harus tahu adanya Gunung Sanggabuana di daerahnya dan juga harus menjaga kebersihan ataupun keselarasan disana. Kalau bukan orang Karawang yang menjaganya mau siapa lagi yang akan menjaganya. Ketinggian Gunung Sanggabuana ( 1.919 m dpl ). Gunung Sanggabuana mempunyai sebuah Curug yang bernama Curug Cigentis yang merupakan alirain air Gunung Sanggabuana. Curug Cigentis pun sering kali dipadati oleh para pengunjung pada saat hari libur tepatnya pada saat libur hari raya, libur tahun baru dan juga pada saat libur sekolah. Tidak jarang para pengunjung datang pada hari Minggu. Curug Cigentis pun kerap dijadikan sebagai tempat Pelantikan anggota baru baik pelantikan Siswa baru, Pramuka, PMR ( Palang Merah Remaja ) dll. Dipuncak Gunung Sanggabuana terdapat beberapa makam yang sering dikunjungi oleh para pejiarah. Salah satunya adalah makam Ki Sapujagat. Jalur pendakian menuju puncak Gunung Sanggabuana menurut saya lumayan melelahkan karna untuk sampai ke puncak harus membawa persedian logistik yang cukup. Jangan sampai ditengah perjalanan persediaan logistik habis karena disana tidak ada warung hanya ada warung yaitu di puncak Gunung tepatnya di tempat para pejiarah itu pun cuma satu - satunya.

Di puncak Gunung Sanggabuana anda dapat melihat bagian - bagian kota Karawang seperti sebuah miniatur mungil karena Kota karawang terlihat dari atas sana. Bahkan yang paling mengejutkan kami bendungan Jatiluhur yang berada di Kabupaten Purwakarta pun terlihat sangat jelas dari puncak Gunung Sanggabuana.


Ini foto yang dapat kami abdikan pada saat kami tiba di puncak Gunung Sanggabuana. Dibelakang kami adalah bendungan Jatiluhur yang berada di Kabupaten Purwakarta dan terlihat sangat jelas dari atas sana. Disamping kanan - kiri kami adalah Kota karawang yang juga sangat jelas dari atas sana. Depan saya adalah makam - makam yang kerap di datangi oleh para pijiarah - pejiarah dari Karawang maupun dari luar Kota Karawang yang datang mempunyai niatan - niatan tertentu. Suasana Gunung Sanggabuana pada saat kami tiba di Puncak saat sejuk. Bahkan saat kami tiba di Puncak terdapat Kabut yang sangat mengherankan kami semua karena pada saat saat kami tiba di puncak sudah jam 11. 30 Wib. Matahari pun sudah berada di atas kepala kami hal itu yang sangat mengherankan kami semua. Kami kira di Gunung Sanggabuana kami tidak akan menemukan Kabut dan ternyata anggapan kami semua salah. Di puncak pada saat itu terdapat Kabut.



Demikian sedikit pengalaman saya yang dapat saya bagikan kepada anda. Mudah - mudahan pengalaman saya ini dapat bermanfaat bagi anda. Saya mohon kepada pembaca untuk memberikan komentarnya agar saya dapat memperbaiki blog saya.

Sabtu, 17 Juli 2010

MAKAM BUPATI PERTAMA KAB. KARAWANG SINGAPERBANGSA




Makam Bupati Pertama Kabupaten Karawang.

Adanya suatu tempat ataupun keadaan pastinya ada awal mula dan melalui suatu proses yang terjadi tidak dalam hitungan detik, hanya hal yang sepele saja yang dengan mudah dapat terbentuk. Tuhan memberikan kelebihan pada kita itu adalah suatu tugas, kita harus mengamalkan dan memanfaatkannya. Hal itulah yang dilakukan oleh seseorang dengan perjuangannya dapat merintis pendirian suatu wilayah yang sekarang disebut kota Karawang. Beliau adalah Bupati pertama Karawang yakni Dalem Adipati Singaperbangsa, yang namanya kini diabadikan menjadi nama stadion sepakbola di kota Karawang.

Pada sekitar abad XIV agama Islam telah masuk ke Karawang, yang dibawa oleh ulama besar yang bernama Syeikh Hasanudin Bin Yusuf Idofi dari Mekah, yang terkenal dengan sebutan Syeikh Quro, kemudian ajarannya dilanjutkan oleh para wali yang disebut Wali Sanga. Setelah wafat Syeikh Quro dimakamkan di Pulobata Kecamatan Lemahabang Karawang, yang sekarang diziarahi oleh banyak orang baik dari Karawang sendiri maupun dari luar.
Asal kata Karawang berasal dari kata "Ka-rawa-an", karena pada masa itu daerahnya merupakan hutan belantara dan berawa-rawa. Sebagai bukti, pada saat ini banyak nama tempat yang berasal dari kata rawa, misalnya Rawasari, Rawamerta, Rawa Sikut, Rawa Gempol, Rawagabus, dan lain-lain.
Pada masa kerajaan Mataram dipimpin oleh Sultan Agung, beliau menetapkan daerah Karawang sebagai pusat logistik yang strategis, mempunyai pemerintahan sendiri yang langsung berada dibawah pengawasannya, dan dipimpin oleh orang yang cakap dan ahli perang. Selain itu juga harus mampu menggerakan masyarakat untuk membangun pesawahan guna mendukung logistik dalam rencana penyerangan VOC (Belanda) di Batavia.
Pada tahun 1632, Sultan Agung mengutus Wiraperbangsa menuju Karawang dengan tujuan membebaskan Karawang dari pengaruh Banten. Tugas tersebut dilaksanakan dengan baik. Wiraperbangsa dianugerahi jabatan Wedana di Karawang (setingkat bupati sekarang) dan diberi gelar Adipati Kertabumi III, kemudian wafat di Galuh. Selanjutnya jabatan Bupati Karawang diserahkan kepada Raden Singaperbangsa (Adipati Kertabumi IV), tugas pokok yang diemban yaitu mengusir VOC dan membangun pesawahan untuk mendukung logistik kebutuhan perang.
Berdasarkan sumber-sumber sejarah dan dikuatkan dengan tulisan di batu nisan makam Singaperbangsa, ditetapkan tanggal 10 Mulud tahun Alif (Jawa) 14 September 1633 M, menjadi hari jadi kabupaten Karawang dan Bupati pertamanya Singaperbangsa. Sejak jaman pemerintahan Adipati Singaperbangsa, Karawang dikenal sebagai daerah lumbung padi Jawa Barat dan pangkal perjuangan. Singaperbangsa sendiri memerintah dari tahun 1633 sampai wafat yakni 1677.

Makam Bupati Karawang
Mungkin diantara pembaca sudah pernah mendengar nama daerah yang bernama kampung Cigobang, desa Manggung Jaya, di Kecamatan Cilamaya Kabupaten Karawang. Bagi orang yang tahu daerah tersebut pasti sudah tidak asing lagi dan secara tidak langsung sebagian dari mereka akan tertuju kesuatu tempat yaitu makam Bupati pertama Karawang Dalem Adipati Singaperbangsa dan makam para bupati penerusnya yang pernah memerintah Kabupaten Karawang. Dan bagi orang yang tidak tahu, mungkin akan bertanya-tanya tentang apa yang menariknya tempat tersebut, sehingga orang lain banyak mengenalnya, tidak hanya orang Karawang, masyarakat diluar Karawang pun sudah mengenal bahkan tidak sedikit dari mereka yang pernah berkunjung.
Makam tersebut terletak disebelah barat laut kecamatan Cilamaya, dan dibagian utara kabupaten karawang. Disekeliling tempat tersebut, terdapat sawah-sawah yang terbentang luas dengan disertai kebun-kebun, dan disana juga terdapat tambak-tambak ikan yang dikelola oleh penduduk sekitar. Dibagian utara dari makam tersebut terdapat pesisir pantai dan muara yang bernama Muara Ciparage, yang sebelumnya terbentang sungai besar yang melintasi daerah Tempuran dan sekitarnya. Sungai besar tersebut berasal dari aliran-aliran sungai dibagian utara Jawa Barat. Sungai tersebut dapat mengairi pesawahan dan tambak Ikan milik penduduk sekitarnya.
Antara kota Karawang dan desa Manggung Jaya ± berjarak 40 km. Tempat yang sering dijadikan sarana bagi orang yang berjiarah tersebut, dihubungkan oleh empat arah, diantaranya arah dari Barat adalah dari Turi dan menuju kecamatan Telagasari lalu mengarah ke kota Karawang. Ke timur adalah arah dari Cilamaya, kearah utara adalah muara Ciparage dan pesisir pantai, sedangkan dari arah selatan menuju ke kecamatan Lemah Abang Wadas dan Cikampek.
Disekitar daerah pemakaman banyak tumbuh pohon kelapa, karena berdekatan dengan pesisir pantai dan laut, rasa air disana pun terasa asin. Dan hal itu dimanfaatkan penduduk untuk memelihara ikan yang ditempatkan di tambak-tambak yang tidak jauh dari rumah mereka.

Pengelolaan dan Pelestarian Makam Singaperbangsa
Mengingat tempat tersebut adalah makam dari bupati Karawang, jadi sistem kepengurusan dan pengelolaannya, dipimpin langsung oleh bupati Karawang yang sekarang memerintah dan dibawah pengawasan Pemda Kabupaten Karawang. Bahkan sejak dari pendiriannya sampai sekarang pengelolaan dan pelestarian makam keramat tersebut sudah dimasukan dalam anggaran dari Pemda Karawang.
Para pegawai maupun Bupati Karawang sering berkunjung ke tempat tersebut bahkan tidak jauh dari pemakaman sudah didirikan rumah persingggahan untuk Bupati dan rombongannya. Terutama pada tanggal 10 Mulud (Penanggalan tahun hijriah/Islam), bersamaan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw, dipastikan para pejabat tinggi pemerintah Karawang tersebut hadir disana, untuk melakukan jiarah.
Khusus pada saat hari ulang tahun Kabupaten Karawang selain berkunjungnya Bupati dan rombongan, juga sering dilakukan penulisan ulang buku sejarah kabupaten Karawang dan makam Singaperbangsa termasuk didalamnya. Menurut keterangan penjaga makam/kuncen, bahwa perenovasian makam agung tersebut, dengan membangun benteng disekitarnya.
Bentuk dari makam yang hanya dikhususkan bagi para bupati tersebut, terdiri dari sebuah bangunan yang cukup besar, yang bentuknya menyerupai Keraton yang didalamnya terdapat tujuh buah makam yang satu sama lain terpisah dalam masing-masing ruangan. Dibelakangnya terdapat sebuah mushola dan sebuah bangunan tempat peristirahatan yang disekelilingnya ditumbuhi pohon-pohon besar dan rindang yang diperkirakan sudah berumur puluhan tahun. Bangunan-bangunan tersebut dibangun diatas lahan seluas 2 hektar, dan sudah menjadi lahan milik pemerintah Karawang.
Didalam bangunan pemakaman terdapat 7 buah makam, yang diantaranya 5 makam almarhum Bupati, 1 makam sesepuh daerah tersebut, dan 1 makam lagi belum diisi. Menurut informasi, makam kosong tadinya diperuntukan bagi Bupati Ke-6, tetapi karena tidak diperbolehkan oleh keluarga yang bersangkutan, proses pemindahannya tidak berlangsung.
Adapun nama Makam Bupati dan sesepu tersebut, adalah sebagai berikut :
  1. Dalem Adipati Singaperbangsa, dengan gelar Adipati Kertabumi IV, yaitu Bupati Ke- 1, periode 1633-1677
  2. R. Anom Wirasuta, dengan gelar R.A. Patatayuda I, yaitu Bupati ke-2, periode 1677-1721
  3. R. Jayanegara, dengan gelar R.A Panatayuda II, yaitu Bupati Ke-3, periode 1721-1731
  4. R. Martanegara / R. Singanagara, dengan gelar R. A Panatayuda III, yaitu Bupati Ke-4, periode 1731-1752
  5. R. Mohamad Soleh, dengan gelar R. A Panatayuda IV, yaitu Bupati Ke-5, periode 1752-1786
  6. Ibu Siti Ansiah (Keramat Manggung), Kampung Kali Daon Cigobang, Desa Ciparage

Sebelumnya di Manggung Jaya hanya terdapat makam panembahan Singaperbangsa. Yang menurut cerita ditemukan menurut pemberitahuan dari seorang Guru Besar Agama Islam di Purwakarta yang menyatakan kepada muridnya yang tinggal di Manggung, bahwa di daerah tersebut terdapat makam seorang Wali Allah yang hapal Al-Quran dan merupakan seorang pemimpin.
Setelah berdiri, baru apada sekitar tahun 1993 diadakan penyatuan jenazah para almarhum Bupati setelah pemerintahan Adipati Singaperbangsa untuk dimakamkan, satu pemakaman yaitu di Manggung Jaya akan tetapi yang berhasil hanya empat Bupati, untuk yang lainnya dipertahankan oleh pihak keluarganya.
Keadaannya Sekarang
Sejarah ternyata hanyalah sebuah tumpukan cerita, terkadang menumpuk begitu saja sampai tidak terurus dan tercancam musnah, sampai selesainya tulisan ini, penulis masih prihatin terutama mengenai kelestarian situs sejarah dipemakaman bupati ini, tahun demi tahun semakin sepi, hanya orang-orang tertentulah yang berkunjung, dan yang lebih memperihatinkan, bangunan tampak sudah tidak terurus dan terlantar. Secara objek memang situs ini kalah jauh dibandingkan objek pantai disekitarnya yang dari waktu ke waktu semakin ramai dikunjungi wisatawan baik dari Karawang maupun dari luar, tapi secara nilai historis, budaya ataupun keilmuan, situs ini seharusnya bisa dikembangkan lagi menjadi objek yang lebih menarik. Jangan sampai punah termakan jaman, dan dilupakan terutama oleh generasi mendatang.

CANDI JIWA KAB. KARAWANG




Karawang (SI) – Kompleks Candi Batujaya yang terletak di Desa Segaran,Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang,diperkirakan dibangun pada abad 4 Masehi dan lebih tua dari Candi Borobudur yang dibangun pada sekitar abad 7–8 Masehi.

Berdasarkan hasil penelitian para arkeolog pada 1984, setelah dilakukan eskavasi pada 1985–1999, penemuan situs candi ada di dua tempat berbeda, yakni Situs Batujaya yang terletak di Desa Segaran,Kecamatan Batujaya, dengan 13 candi; dan Situs Telagajaya yang berada di Desa Telagajaya, Kecamatan Pakisjaya, dengan 11 candi. Selain candi, juga ditemukan beberapa artifak prasejarah berupaya potytablet, prangko yang terbuat dari tanah liat, gerabah, keramik,dan tembikar.Walaupun berada di tempat berbeda,keduanya merupakan satu rangkaian.

Kedua situs tersebut merupakan tempat peribadatan yang sudah mengalami banyak perubahan seiring perkembangan di masa itu. Menurut Kasubag Pemberitaan Humas Pemkab Karawang yang juga pemerhati sejarah Karawang II Wahyudin, penemuan artifak tersebut dijadikan petunjuk untuk mengetahui usia dan masa kapan bangunan tersebut dibuat. ”Dari benda-benda sejarah (artifak) yang ditemukan, kemungkinan bangunan tersebut dibangun pada zaman Hindu-Buddha pada masa Kerajaan Tarumanegara, akan tetapi memiliki keterkaitan dengan masa prasejarah,” katanya.

Dari 24 candi yang berada di Kompleks Situs Batujaya, baru tiga candi yang dipugar, di antaranya Candi Jiwa, Candi Blandongan, dan Candi Serut. Selain candi, juga ada sumur kuno yang pemugarannya sudah selesai. Dilihat dari bentuk bangunan,Situs Batujaya merupakan warisan Buddha karena di atas candi terdapat bangunan stupa. Kini Kompleks Situs Batujaya pengelolaannya di bawah kewenangan Balai Pelestarian dan Peninggalan Purbakala (BP3) Serang.

Bahkan untuk memudahkan pengelolaan Situs Batujaya, Pemkab Karawang meminta BP3 Serang segera membuat masterplan atau landscape situs tersebut. ”Masterplan sangat dibutuhkan untuk menghindari tumpang tindih kewenangan dan memudahkan pemerintah daerah dalam partisipasi pembangunan infrastruktur penunjang di sekitar situs,” ujarnya.

Ii menegaskan, Pemkab Karawang memiliki kepentingan karena situs tersebut bisa dikembangkan menjadi wisata budaya yang dapat mendorong tumbuhnya sektor ekonomi kerakyatan di sekitar situs.Bahkan,efek domino yang ditimbulkan dari situs ini akan berdampak kepada peningkatan pendapatan asli daerah (PAD).

”Situs ini memiliki tiga manfaat, selain sebagai kawasan wisata dan tempat ibadah, juga sebagai tempat studi dan objek penelitian. Agar hal tersebut terealisasi harus ada koordinasi antara pemerintah pusat, provinsi, dan daerah untuk mewujudkannya,” tuturnya. (raden bagja mulyana)

Sumber: Harian Seputar Indonesia, Selasa 02 Juni 2009

KOTA KARAWANG

Kota Karawang yang terletak di bagian utara Jawa Barat banyak menyimpan sejarah Nasional salah satunya adalah tempat dibuatnya teks proklamasi kemerdekaan Indonesia yang mempersatukan bangsa Indonesia dari ujung sumatra sampai Irian barat sebagai bangsa yang merdeka.

Puncak perjuangan Pemuda Indonesia melepaskan bangsa Indonesia dari penderitaan rakyat telah ditekadkan semenjak sumpah pemuda diikrarkan di Jalan Menteng Raya Jakarta diantaranya terdiri dari pemuda Jong Java, Jong Selebes, Jong Sumatra, Jong Ambon pada tanggal 28 Oktober 1928, sebagai kebulatan tekad untuk melepaskan bangsa Indonesia dari penindasan penjajahan kolonial Belanda mewujudkan Kebangsaan Indonesia yang merdeka.

Riwayat Bangsa Indonesia sejak zaman purbakala sampai dengan tahun 1511, hidup dalam suasana aman, tentram, makmur dan sejahtera dibawah kejayaan zaman Majapahit, namun mulai abad ke 16 budaya Bangsa Indonesia telah di rusak oleh datangnya kolonialis asing di antaranya adalah Portugis, Spanyol, Belanda, Inggris dan Jepang memperebutkan tanah air Indonesia yang kaya akan hasil bumi dan menyeret Bangsa Indonesia ke kancah peperangan yang berakibat penderitaan bagi seluruh bangsa Indonesia.

Perjuangan para Pemuda Indonesia yang rela mengorbankan jiwa raga mengusir penjajah dari tanah air tercinta ini bertujuan melepaskan bangsa Indonesia dari penderitaan rakyat agar hidup merdeka, aman, tenteram, sejahtera adil dan makmur.

Kebulatan tekad pemuda Indonesia ketika itu tidak berhenti sampai pada Sumpah Pemuda itu di ikrarkan, akan tetapi perjuangan Pemuda Indonesia terus menerus dilakukan dan puncaknya pada tahun 1945 tekad Pemuda Indonesia untuk mewujudkan cita – citanya dituangkan dalam aksi Pemuda Indonesia di Rengasdengklok yang memaksa dwitunggal Soekarno - Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Kita mengetahui bahwa pernah ada Timor Timur sebagai Propinsi ke 27 pada masa Orde Baru, Yugoslavia dan Uni Soviet sebagai negara besar kini telah hilang atau terpecah belah, apakah kelak akan terjadi juga terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia ?.. situasi politik dan pemuda dalam Negara Indonesia saat ini menunjukkan adanya indikasi – indikasi yang menyimpang dari semangat Pemuda Indonesia pada zaman dahulu untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur yaitu terdapat indikasi yang mengancam disintegrasi bangsa, krisis moral, krisis kepercayaan, krisis persatuan dan persatuan, krisis ekonomi dan lain sebagainya… indikasi – indikasi seperti itu merupakan bukti nyata bahwa pemuda Indonesia saat ini sudah terkotak – kotak, dimana rasa patriotisme dan nasionalisme pemuda Indonesia mulai punah, substansi nasionalisme itu sendiri telah terpecah dikalangan generasi muda, bahkan cenderung mengedepankan kepentingan atau aspirasi golongan tertentu, hal mana dapat di lihat dari maraknya aspirasi pemuda yang di tuangkan dalam atribut - atribut organisasi untuk kepentingan golongan tertentu, ketidak harmonisan diantara masyarakat / pemuda dan lainnya.. apakah tanggung jawab Pemuda Indonesia saat ini telah hilang ? dan haruskah kita pemuda indonesia sebagai generasi penerus bangsa membiarkannya ? ini merupakan pertanyaan yang harus kita jawab dan kita renungkan bersama untuk mengembalikan semangat nilai – nilai sumpah pemuda 1928 kepada bangsa dan negara ini.

Semangat nilai – nilai 1928 perlu kita renungkan untuk diamalkan dalam perjuangan pemuda Indonesia mencapai masyarakat yang adil dan makmur, kita wajib mengemukakan apa yang benar dan apa yang salah, serta apa yang masuk akal dan apa yang tidak masuk akal karena kebenaran adalah syarat dari masyarakat adil dan makmur dan ini pulalah yang diminta dan didambakan oleh masyarakat Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini, dan tentu saja kebenaran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai syarat untuk mencapai masyarakat adil dan makmur itu hanya dapat dicari, ditemukan dan ditegakan dalam suatu proses kehidupan berbangsa dan bernegara yang fair (transparan) jujur dan adil, jika tidak maka bukan masyarakat adil dan makmur yang kita peroleh, melainkan masyarakat yang kehidupannya lebih kejam dari pada masa penjajahan…. ini merupakan suatu amanah yang harus di tegakan oleh pemuda Indonesia meskipun dalam pelaksanaannya pahit dan berat rasanya.

Dalam kondisi era reformasi yang sedang diagungkan sekarang ini tidak jauh berbeda dengan kondisi sebelum Sumpah Pemuda dicetuskan, dimana pada tahun 1928 bangsa Indonesia ingin melepaskan diri dari penjajahan Hindia Belanda sedang mana pemuda Indonesia sekarang ini ingin melepaskan diri dari indikasi – indikasi yang dapat merusak tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Menyadari hal – hal tersebut di atas, Pemuda Indonesia dalam bentuk organisasi masyarakat PELOPOR PEMERSATU PEMUDA INDONESIA (PPI) sebagai alat perjuangan amanat patriotisme, nasionalisme dan nilai – nilai Sumpah Pemuda 1928 dalam memperjuangkan, mewujudkan dan menjaga keutuhan dan kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai amanat penderitaan rakyat, bertekad menopang sejarah baru menjadikan Karawang sebagai Kota Pemersatu Pemuda Indonesia.

Karawang sebagai pusat organisasi masyarakat Pelopor Pemersatu Pemuda Indonesia (PPI) karena di Rengasdengklok Karawang memiliki sejarah tersendiri yaitu sebagai tempat dipaksanya dwitunggal Soekarno – Hatta oleh pemuda Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, maka diharapkan pula kebulatan tekad pemuda Indonesia dalam wadah organisasi masyarakat Pelopor Pemersatu Pemuda Indonesia (PPI) yang lahir di Rengasdengklok / Karawang dapat menjadi wadah mempersatukan pemuda Indonesia /atau organisasi kepemudaan /atau masyarakat agar senantiasa konsisten menumbuhkan, mempertahankan dan mengembangkan semangat patriotisme, nasionalisme dan nilai-nilai sumpah pemuda 1928 untuk memperjuangkan, menjaga dan mewujudkan keutuhan dan kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

ULANG TAHUN KAB. KARAWANG KE-376

Ditulis Oleh Administrator Karawang
15 September 2009
Sekitar 376 tahun yang lalu, tanggal 14 September 1633 atau bertepatan dengan 10 Maulud Tahun 1102 Hijriah, Sultan Agung menyerahkan “Piagam Pelat Kuning Kandang Sapi Gede” kepada Adipati Singaperbangsa dan Wirasaba untuk membangun pemerintah di Kabupaten Karawang, sekaligus membangun basis logistik untuk pasukannya yang berperang dengan kompeni di Batavia. Kejadian tersebutlah yang menandakan lahirnya Kabupaten Karawang, yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Karawang.

Saat ini, tanggal 14 September 2009, Pemerintah Kabupaten Karawang bersama seluruh elemen masyarakat kembali memperingati kejadian bersejarah tersebut. Peringatan tersebut dilakukan secara sederhana dengan menggelar Rapat Paripurna Istimewa DPRD yang mengagendakan Peringatan Hari Jadi Kabupaten Karawang di Gedung Paripurna DPRD, serta pemotongan tumpeng dan buka puasa bersama di Aula Husni Hamid Pemda Karawang, Senin (14/9).
Bupati Dadang S. Muchtar dalam kesempatan tersebut mengatakan, memasuki usianya yang ke 376 tahun, Kabupaten Karawang telah semakin berkembang pesat, khususnya dalam 4 tahun terakhir masa kepemimpinannya. “Pembangunan di Kabupaten Karawang diprioritaskan kepada 4 sektor, yaitu pendidikan, kesehatan, dan ekonomi kerakyatan yang ditunjang oleh pembangunan infrastruktur yang memadai,” ujarnya.
Lebih lanjut Bupati mengatakan, meskipun telah terdapat sejumlah keberhasilan, peringatan ini hendaknya dijadikan sebagai sarana untuk melakukan evaluasi terhadap program-program yang telah ada. “Untuk itu, bertepatan dengan Hari Jadi Kabupaten Karawang, mari kita evaluasi kembali program-program yang ada untuk dapat dituntaskan pada tahun 2010 sehingga rakyat Karawang dapat semakin merasakan keberhasilan pembangunan, “ imbuhnya.
Bupati menambahkan, guna mewujudkan hal tersebut, dirinya mengajak seluruh segenap elemen masyarakat Kabupaten Karawang, termasuk pihak eksekutif, legislatif, dan yudikatif untuk senantiasa menciptakan kebersamaan dalam membentuk Good dan Clean Government di Kabupaten Karawang. “Oleh karena itu, mari kita bersama-sama membangun kebersamaan, kepedulian, keterbukaan, dan komunikasi untuk membangun Karawang,” tambahnya.
Menurut Bupati, hal ini sangat perlu untuk digarisbawahi, terlebih Kabupaten Karawang akan menghadapi event pemilihan bupati dan wakil bupati pada tahun 2010 mendatang. Oleh karena itu, dirinya menghimbau kepada mereka yang akan mencalonkan diri sebagai calon bupati atau wakil bupati agar dapat senantiasa menjaga kebersamaan. “Hal ini pun pernah ditekankan oleh salah satu tokoh masyarakat Kabupaten Karawang, Letjend. Kiki Syahnakri yang berharap tidak menjelek-jelekkan pemerintah, melainkan berupaya memperbaiki kekurangan yang ada,” jelasnya.
Ketua DPRD Kabupaten Karawang Sementara, Karda Wiranata yang memimpin sidang paripurna istimewa tersebut mengatakan, sidang ini merupakan puncak peringatan Hari Jadi Kabupaten Karawang, dimana rangkaian kegiatan sebelumnya adalah ziarah ke makam para Bupati Karawang, peringatan Nuzulul Quran dan buka puasa bersama di Masjid Agung, serta kegiatan mancing bersama di sepanjang saluran irigasi KW V dan VI.
Sementara itu, puncak peringatan Hari Jadi Kabupaten Karawang pun dipadati oleh masyarakat dan sejumlah tamu undangan, dan unsur muspida.

Jumat, 16 Juli 2010

SEJARAH LAHIRNYA KAB. KARAWANG

Terdapat tiga pendapat mengenai asal muasal nama Karawang. Pendapat-pendapat itu masing-masing menyebutkan asal kata yang berbeda-beda: Krawang, Kerawang, dan Karawaan.[1] Wilayah Karawang sudah sejak lama dihuni manusia. Peninggalan Situs Batujaya dan Situs Cibuaya menunjukkan pemukiman pada awal masa moderen yang mungkin mendahului masa Kerajaan Taruma.
Penduduk Karawang semula beragama Hindu dan wilayah ini berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sunda. Semenjak takluk dari Kesultanan Banten, Karawang berada di bawah kendali Banten. Agama Islam mulai dipeluk masyarakat setempat setelah seorang patron bernama Syekh Hasanudin bin Yusuf Idofi, konon dari Makkah, yang terkenal dengan sebutan “Syekh Quro”, memberikan ajaran; yang kemudian dilanjutkan oleh murid-murid Wali Sanga. Makam Syeikh Quro terletak di Pulobata, Kecamatan Lemahabang, Karawang.
Sebagai suatu daerah berpemerintahan sendiri tampaknya dimulai semenjak Karawang direbut oleh Kesultanan Mataram, di bawah pimpinan Wiraperbangsa dari Sumedang Larang tahun 1632. Kesuksesannya menempatkannya sebagai wedana pertama dengan gelar Adipati Kertabumi III. Semenjak masa ini, sistem irigasi mulai dikembangkan di Karawang dan perlahan-lahan daerah ini menjadi daerah pusat penghasil beras utama di Pulau Jawa hingga akhir abad ke-20.
Selanjutnya, Karawang menjadi kabupaten dengan bupati pertama Raden Singaperbangsa bergelar Kertabumi IV yang dilantik 14 September 1633. Tanggal ini menjadi hari jadi Kabupaten Karawang. Selanjutnya, bupatinya berturut-turut adalah R. Anom Wirasuta 1677-1721, R. Jayanegara (gelar R.A Panatayuda II) 1721-1731, R. Martanegara (R. Singanagara dengan gelar R. A Panatayuda III) 1731-1752, R. Mohamad Soleh (gelar R. A Panatayuda IV) 1752-1786.[2] Pada rentang ini terjadi peralihan penguasa dari Mataram kepada VOC (Kompeni).
Pada masa menjelang Kemerdekaan Indonesia, Kabupaten Karawang menyimpan banyak catatan sejarah. Rengasdengklok merupakan tempat disembunyikannya Soekarno dan Hatta oleh para pemuda Indonesia untuk secepatnya merumuskan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 16 Agustus 1945.
Kota Karawang juga menjadi inspirasi sastrawan Chairil Anwar menulis karya Antara Karawang-Bekasi karena peristiwa pertempuran di daerah sewaktu pasukan dari Divisi Siliwangi harus meninggalkan Bekasi menuju Karawang yang masih menjadi daerah kekuasaan Republik.
Kecamatan Rengasdengklok adalah daerah pertama milik Republik Indonesia yang telah berani mengibarkan bendera Merah Putih sebelum Proklamasi kemerdekaan Indonesia.[rujukan?] Oleh karena itu selain dikenal dengan sebutan Kota Lumbung Padi Karawang juga sering disebut sebagai Kota Pangkal Perjuangan. Di Rengasdengklok didirikan sebuah monumen yang dibangun oleh masyarakat sekitar, kemudian pada masa pemerintahan Megawati didirikan Tugu Kebulatan Tekad untuk mengenang sejarah Republik Indonesia.